Kamis, Agustus 21, 2008

Hmm...Plastik?

Ketika saya membaca blog seorang teman tentang bahaya kemasan plastik untuk makanan, yang terpikir di benak saya adalah, sudah berapa banyak racun yang masuk dalam tubuh saya?

Lagi-lagi untuk alasan kepraktisan (baca : malas masak), dulu saya lumayan sering jajan makanan di luar. Dan tentu saja plastik yang digunakan sebagai pembungkusnya. Entah dalam wujud kertas bungkus ataupun kantong plastik. Hal ini tidaklah mengherankan karena memang plastik merupakan alat bungkus yang murah meriah, sehingga diminati oleh semua pedagang.


Karena ngeri membayangkan banyaknya penyakit yang mungkin akan 'mampir' di tubuh saya dan swami, kini saya berusaha untuk selalu membawa wadah sendiri apabila terpaksa membeli makanan untuk dibawa pulang. Sedikit repot memang, tetapi saya rasa sepadan dengan manfaatnya. Hitung-hitung berpartisipasi untuk sedikit mengurangi sampah plastik yang berpotensi merusak lingkungan.

Selain itu saya pun mulai selektif membeli wadah-wadah plastik untuk tempat menyimpan makanan. Atas saran seorang teman saya kini menggunakan produk tupperware (wah...promosi nih), yang memang sedikit mahal, tetapi aman dan awet untuk tempat makanan.

Setidaknya saya sudah berusaha untuk meminimalkan resiko terkena penyakit kanker dkk yang sangat berbahaya itu. Namanya juga manusia, hanya bisa berusaha kan? Seandainya dengan mencoba hidup sehat masih saja terkena penyakit, ya di anggap cobaan dari Tuhan saja deh :)).

Dan dalam rangka ingin bergaya hidup sehat, selain menyempatkan waktu untuk olah raga, sekarang saya lebih sering memasak sendiri, dan menghindari penggunaan vetsin ataupun penyedap rasa lainnya. Memang awalnya makanan akan terkesan hambar, tapi lama kelamaan lidah kita akan beradaptasi. Sehingga makanan tetap terasa nikmat, apalagi jika kita memasaknya dengan rasa cinta :p.
Selengkapnya...

Jumat, Agustus 15, 2008

Pedessss.....

Bagi banyak orang di Indonesia, sambal tidak pernah absen di meja makan kita. Karena sambal bisa menambah selera makan. Tentunya ini hanya berlaku bagi penyuka rasa pedas.

Variasi sambal banyak sekali, tapi saya hanya bisa membuat dua macam variasi saja, yaitu sambal mentah dan sambal matang, hehehe…minimalis sekali ya. Tapi yang paling penting adalah rasanya cocok di lidah saya dan terutama swami.

Setelah berpuluh kali bereksperimen, akhirnya saya menemukan komposisi bahan sambal yang pas dengan selera kami. Bahannya sedarhana saja, terdiri dari :

# Cabe rawit 5 bh

# Cabe Merah 1 bh

# Terasi ½ sdt

# Garam ¼ sdt

# Gula 1/8 sdt

# Sedikit minyak jelantah (minyak yang telah dipakai untuk menggoreng)

Semua bahan kecuali minyak jelantah, di ulek jadi satu. Setelah cukup halus, baru kemudian tambahkan minyak jelantah untuk menambah kelezatan sambal.

Kalau sambal matang, cabe rawit, cabe merah dan terasi di goreng terlebih dahulu sebelum di ulek. Hanya itu saja yang membedakannya dengan sambal mentah, sekali lagi ini adalah sambal ala saya.

Kalau dari segi rasa sebenarnya sambal mentah lebih mantap, tetapi kita harus selalu membuatnya sebelum makan, karena sambalnya tidak akan tahan lama. Untuk alas an kepraktisan (kata lain dari malas J), saya lebih sering membuat sambal matang.

Walaupun banyak orang menyukai sambal, tetapi selera setiap orang pasti berbeda. Namun kalau anda selama ini belum menemukan sambal yang cocok dengan lidah Anda, ‘monggo’dicoba resep sambal saya.


Selengkapnya...

Kamis, Agustus 14, 2008

Helmku Sayang, Helmku Amblassss

Dua minggu yang lalu saya beli 2 helm baru, karena helm yang lama sudah 'teriak' minta pensiun. Kondisinya memang sudah tidak layak pakai untuk melindungi kepala sebagaimana fungsi normal-nya. Walaupun di Bali sebenarnya ada kebijakan khusus bagi pengendara sepeda motor yang memakai atribut keagamaan untuk boleh tidak mengenakan helm. Dan Karena saya berjilbab, maka saya pun termasuk yang dapat dispensasi tersebut. Namun karena sudah terbiasa selalu memakai helm, maka ada rasa tidak nyaman apabila tidak mengenakannya pada saat berkendara.



Harga Helm di sini lumayan mahal kalau menurut kantong saya. Dengan merk dan model yang sama, di malang (asal daerah saya) selisih harganya bisa mencapai hampir Rp. 100.000,-. Hmm...tapi demi keselamatan sayapun mau tidak mau harus membelinya.
Akhirnya, 2 helm baru warna favorit, biru dan hitam sejak 2 minggu lalu setia menemani saya dan swami ber-motor-ria.

Tapi...sayang sekali, helm baru saya itu hanya berusia tidak lebih dari 12 hari saja.
Kemarin, karena bosan dengan masakan sendiri ( yang memang rasanya pas-pasan, hehehe...) Berdua swami, kami ingin mencoba menu baru di salah satu tempat makan di jalan Teuku Umar, Denpasar. Malam belumlah larut, baru jam 20.00 WITA, ketika kami asyik menikmati menu makanan yang kami pesan. Karena tempat yang terbatas, dan banyaknya pengunjung, tidak memungkinkan bagi kami untuk berlama-lama menghabiskan makanan kami, mungkin hanya sekitar 30 menit saja.

"LOh"...hanya kata itu yang saya ucapkan ketika sampai di tempat parkir dan tahu kalau helm kami sudah tidak ada di bawah jok motor. Padahal tempat parkirnya hanya berjarak 7 meter dari tempat duduk ketika makan tadi. Entah karena terlalu asyik menyantap menu baru, atau karena sudah terlalu canggihnya pencuri helm itu, sampai-sampai tidak ada yang mengetahui aksi pencurian itu. Dan kami juga bukan satu-satunya korban loh, kira-kira ada 6 pemilik motor yang juga kehilangan helmnya.

Memang banyak tempat di Denpasar ini yang membuat tanda peringatan bertulisan "HATI-HATI DENGAN HELM ANDA, RAWAN PENCURIAN" Atau sejenisnya, intinya di Denpasar memang banyak sekali terjadi pencurian helm. Tapi sayang sekali tidak banyak tempat yang menyediakan jasa penitipan helm. Jadinya terpaksa helm hanya kita amankan di cantelan di bawah jok. Tapi ternyata gunting dan silet dengan mudah membantu pencuri helm melaksanakan aksinya.
Akhirnya, 2 helm saya yang sudah pensiun, kini terpaksa saya berdayakan lagi. Biar butut yang penting anti maling deh :)).
Selengkapnya...

Senin, Agustus 11, 2008

Salah Paham

Kemarin siang, aku mengisi akhir pekan dengan jalan-jalan di salah satu pusat perbelanjaan yang terletak di jalan sunset Road, Badung-Bali. Biasalah ibu-ibu, pasti ada saat ketika jenuh ingin melepaskannya dengan belanja ataupun sekedar melihat-lihat saja. Tergantung kantong lah, lagi kering ga, hehehe....

Nah saat itu sebetulnya aku cuma pengen lihat-lihat saja sih. Setelah puas berkeliling dan bersiap untuk pulang, ternyata ada satu gerai merk ternama yang tadi luput aku lihat, dan...sedang memasang diskon gede-gedean. Hmm.....godaan diskon selalu saja gagal aku hindari. Akhirnya terbungkus juga satu t-shirt dengan salah satu warna favorit, biru.


Dengan rasa puas tapi sedikit bersalah (karena melanggar komitmen sendiri untuk tidak belanja) aku melenggang pulang. Tapi, saat menuju tempat parkir, kembali aku tergoda untuk sekedar minum di sebuah konter fast food. Emang haus banget sih, daripada terkena dehidrasi kan lebih baik beli minum dulu, dan lumayan sambil melonjorkan kaki yang mulai protes minta istirahat.

Kebetulan saat masuk ke dalam 'warung' ini, aku hampir barengan dengan seorang 'bule' yang rupanya berniat sama dengan aku, sekedar menghilangkan rasa dahaga. Ketika dia membayar segelas 'sundae'nya yang seharga 5.500 perak, dia kasih selembar uang 50ribu. Mungkin karena kehabisan uang receh, si kasir minta tambahan uang 500 perak pada si bule, agar kembaliannya pas 45ribu. Ternyata si bule hanya punya koin 200 perak, dan dikasihkanlah ke kasir, dan si kasir bilang kurang 300 perak, tapi si bule tak punya koin lagi. Akhirnya si kasir kembali kasih uang koin 200 perak punya bule tadi, dan bilang "ga usah aja sir", lalu si bule marah, "kalau di kembalikan kenapa tadi minta?".

Sampai si bule sudah duduk, si kasir yang kena omelan bule tersebut, masih aja 'nggrundel', sempet aku tangkap kalimat terakhirnya 'maksud lo'. Eh, ternyata si bule denger dan karena dia juga mengerti bahasa indonesia, akhirnya datang menghampiri kasir tersebut, dan marah-marah lagi. Sampai akhirnya si kasir dan supervisornya minta maaf, barulah dia sedikit tenang dan langsung melangkah keluar meninggalkan si 'sundae' yang masih di makannya sedikit.

Aku jadi jengah melihat 'adegan' tersebut terjadi di konter fast food yang lumayan punya nama lah di Indonesia, yang biasanya selalu menjaga citranya. Hanya karena uang 500 perak, seorang kasir (yang mungkin sudah lelah) dengan sembrono merusak citra tempat kerjanya. Dan juga seseorang yang kebetuan 'bule' tega membentak-bentak orang, di depan orang banyak.

Hmmm............salah paham selalu saja berdampak merugikan.

Akhirnya motor maticku pun ku pacu dengan kecepatan rendah, agar bisa menikmati hijaunya Bali. Untuk menyegarkan pikiran yang ikut terkontamonasi kejadian yang kulihat tadi.
Selengkapnya...